My Home

Kamis, 16 September 2010

Sekolah RSBI Kita

"SEKOLAH"
Bila kita mendengar kata diatas, mungkin terbayang di benak kita tentang “mencari ilmu”. Ya, sekolah pasti ada hubungannya dengan mencari ilmu ataupun menuntut ilmu. Tempat dimana bagi kita adalah penentu masa depan, tempat dimana seharusnya murid – murid memperhatikan guru menjelaskan pelajaran, tempat dimana seharusnya terjadi pendidikan ahklak dan moral seseorang sehingga nantinya diharapkan akan muncul generasi yang berakhlak mulia.

Di jaman sekarang, mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan RSBI, ini salah satu nama tipe sekolah yang ada saat ini.
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau biasa di singkat RSBI ini, mungkin salah satu tujuan sekolah tersebut untuk mendidik muridnya agar siap “Go International”. Namun kenyatannya proses belajar mengajar yang berlangsung di RSBI tidak berjalan lancar, bahkan menurut orangtua siswa – siswi pun terkesan gagal. Mengapa bisa seperti ini ?. menurut saya, sekolah yang menerapkan RSBI, belum siap baik dari sisi prasarana dan kecakapan guru dalam menguasai bahasa Internasional.

Sebagai contoh, menurut sumber yang saya dapatkan dan saya baca, para staf pengajar di sekolah – sekolah RSBI terutama di Depok, tidak memberikan proses pembelajaran seusai standard kurikulum Cambridge, yang dijadikan standar kurikulum RSBI di Indonesia. Dalam standard kurikulum Cambridge pendekatannya bukan hanya pada outputnya, tapi juga prosesnya. Pendekatan ini yang belum dilaksanakan pada RSBI di sini, para guru masih melakukan pendekatan output dalam kegiatan belajar mengajar artinya, standard RSBI yang dilaksanakan masih setengah-setengah.

Selain pendekatan proses belajarnya yang tidak sesuai, masih ada tenaga pengajar yang tidak sesuai dengan kualitas internasional, Begitu pula dalam fasilitas yang diberikan masih belum optimal. Masih ada guru yang tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris mumpuni, bahkan terkadang kemampuan bahasa inggris “si murid” jauh lebih mumpuni dari gurunya. Akibatnya hasil dari kegiatan belajar mengajarnya pun tidak optimal.

Beberapa kalangan masyarakat di Depok, pun juga menilai program RSBI menjadi penyebab berkurangnya alokasi bangku di sekolah-sekolah negeri.

Mahalnya biaya pendidikan di sekolah RSBI juga ikut menjadi sasaran ketidakpuasan. "RSBI itu sekolah negeri atau swasta, biayanya mahal sekali," keluh salah satu orang tua siswa yang sempat saya tanyai.
Menurutnya, RSBI hanya diperuntukkan bagi warga yang mampu, sedangkan yang miskin terpaksa harus memilih sekolah lain. Padahal, katanya banyak warga miskin yang pintar dan mampu bersaing di dunia internasional. Buat apalah diadakan sekolah negeri, tapi biayanya mahal. Namun dari semua itu yang terpenting adalah menumbuhkan minat belajar yang tinggi dari peserta didik dan meningkatkan “empati” para pendidik terhadap murid-muridnya.

Yaaaaa, menurut opini saya sendiri, RSBI bisa mencerminkan kemajuan kota Depok dalam dunia pendidikan. Pendidikan kita semakin berkembang menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Materi yang diajarkan memang lebih fokus ke kebutuhan jaman sekarang seperti Komputer dan bahasa Inggris namun tidak meninggalkan materi-materi dasar dan wajib diajarkan kepada peserta didik terutama materi pembentukan pribadi yang berakhlak mulia.
Namun yang masih menjadi sebuah problematika saat ini adalah sudah siapkah sekolah-sekolah untuk menerapkan sistem kurikulum menuju sekolah berstandard internasional ?.

Kita harus mengingat kembali bahwa tujuan dari pendidikan itu sendiri. Bukannya pendidikan itu bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi input semula dari kebodohan bisa menjadi orang yang cerdas, minimal sudah tidak dibodohi lagi. Jadi sekolah-sekolah harus mengajari peserta didiknya untuk menjadi orang, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.

Mungkin inilah beberapa catatan kecil saya tentang sekolah RSBI di Depok. Postingan ini pun juga terbentuk dari masukan beberapa teman-teman dan orangtua siswa. semoga bacaan ini dapat berguna untuk memicu pedidikan di depok agar menjadi lebih baik dan menjadi panutan kota – kota lain, ammin.

1 komentar:

ndii.looc mengatakan...

wah betul-betul setuju sekali.. bukan cuma Sekolah Negeri aja yan mahal.. universitas negeri aja sudah pada mahal.. kesan orang kiluah zaman sekarang cuma buat orang mampu.. ada si program beasiswa.. tpi kemampuan seseorang kan gk cuma dinilai dari kemampuannya dimasa lalu, tpi keinginan untuk belajarnya juga harus jadi bahan pertimbangan. kalau menurut pandangan sya.. gk perlu ada pendidikan gratis.. karena saya rasa gk mungkin gratis, yang penting pendidikan terjangkau semua kalangan masyarakat tanpa harus mengurangi kualitas pendidikan itu sendiri :)