Hari ini 2 mei 2014. Tidak
seperti biasanya saya ke tempat ini sendirian (tempat biasanya saya ‘kongkow’
sama teman – teman, Kamikoti Coffe Shop, yang berada di bilangan alun – alun
selatan yogyakarta). Tempat ini bagi saya entah mengapa memang cocok untuk
menikmati kesendirian saya walaupun memang tempatnya selalu ramai, maklum
tempat ini selalu menjadi destinasi orang – orang.
Hari ini sedikit berbeda
karena hari ini handphone saya ramai (soalnya jarang – jarang). Ramainya bukan
apa apa, hanya sebuah conf kecil yang berisikan 6 orang, biasanya conf ini
sepi, namun seketika ramai karena berbagai hal, mulai dari ada yang cerita
stress belajar, masalah berat badan, ada yang pakai softlens bahkan ada yang
curhat dengan memberikan link blog ini (itu saya).
Kali ini cerita apa ya
enaknya ? oiya ini aja deh, ngelanjutin tulisan kemaren...
Masalah tolong –
menolong. Ya seperti tulisan sebelumnya kalao saya terbiasa menolong orang lain
terlebih dahulu baru menolong orang lain, hal ini juga tidak terlepas dari
masalah “mengalah”. Saya pun terbiasa *mungkin* menjadi orang yang sering
mengalah bagaimanapun yang terjadi. Menurut yanag mungkin ini tidak terlepas
dari efek dahulu kala ketika ibu saya tercinta mengajarkan saya untuk mengalah
kepada orang lain, tapi yang membingungkan, kenapa efek itu masih terbawa
sampai saat ini. Ingin berubah namun sulit. Mungkin bagi anda yang membaca ini
dan ada yang tahu solusinya, mohon ajarkan saya. Terimakasih.
Lanjut, curhat lagi deh
masalah kesendirian. Sudah setahun lebih tenggelam dalam kesendirian sebenarnya
sudah merasa jenuh juga dengan menjalani kesendirian ini, namun apadaya, hal
ini memang adanya dan harus dijalani, life must go on, tanpa “ketergantungan”
dengan orang lain. Namun, dari kesendirian ini saya dapat mengambil hikmahnya
juga, salah satunya dari sisi kebebasan. Ya, semenjak saya sendiri, saya merasa
seperti “anjing yang telah diikat lama oleh majikannya dengan rantai besi, lalu
tiba – tiba dilepas”, tapi tetap dalam jalannya, tidak melenceeng. Karena kesendirian,
saya bebas menyalurkan kreatifitas saya di berbagai bidang yang dulunya “tertutup”.
Bukan hanya itu saja, dilihat dari sisi akademik saya pun, saya bersyukur
alhamdulillah, walaupun memang tidak signifikan, namun terjadi peningkatan
secara bertahap.
Tapi pertanyaan saya
hanya satu, kenapa saya belum bisa bergerak pindah dari anda? Hanya saya (mungkin) yang
tahu jawabannya dan orang lain yang sudah mengerti cerita saya.
Menurut saya, tulisan ini
tiba – tiba melenceng, sebaiknya saya akhiri dulu tulisan saya, sampai bertemu
lagi readers. Terimakasih
“Tak selamanya
kesendirian itu adalah sesuatu yang kelam, lihat sisi positifnya dan jalani
terus”-alif, 18 tahun, Mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar